Rabu, 11 Maret 2020

URGENSI ADAPTIVE LEARNING DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BAGI SISWA


Matematika sebagai ilmu dasar mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Namun pada kenyataannya, matematika merupakan salah satu pelajaran yang masih dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Hal ini menjadi PR besar bagi dunia pendidikan agar dapat mengubah matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan. Pada pembelajaran matematika, berhasil tidaknya suatu pembelajaran tergantung pada prosesnya. Proses pembelajaran tidak lepas dari peran serta guru dalam mengelola pembelajaran. Maka dari itu peran guru sangat penting dalam proses pembelajaran, yaitu membantu siswa memahami dan menguasai materi pelajaran. Selain harus mempunyai pengetahuan matematika yang cukup, seorang guru matematika perlu mempunyai kemampuan matematis yang baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kemampuan matematis adalah kemampuan untuk menghadapi permasalahan baik dalam matematika maupun kehidupan nyata. NCTM (2000) menyatakan bahwa ada lima kemampuan matematis yang harus dimiliki siswa yaitu (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection); (5) belajar untuk merepresentasikan ide-ide (mathematical representation).
Salah satu kompetensi dasar yang diperlukan untuk dicapai dalam pembelajaran matematika adalah penalaran. Santrock (2010) menyatakan bahwa penalaran adalah pemikiran logis yang menggunakan logika induksi dan deduksi untuk menghasilkan kesimpulan. Wade & Carol (2007) mendefinisikan penalaran adalah suatu aktivitas mental yang melibatkan penggunaan berbagai informasi yang bertujuan untuk mencapai suatu kesimpulan.
Adegoke (2013) “success in mathematics reasoning ability reliably predicted success in mathematics attainment. These findings suggest the need for mathematics teachers to mount intervention programmes that will help students develop and improve their mathematical reasoning ability and ultimately improve their attainment in mathematics”. Pendapat tersebut memahami bahwa keberhasilan kemampuan penalaran matematis dapat memprediksi sukses dalam pencapaian matematis. Temuan ini menunjukkan perlunya guru matematika untuk menyusun program intervensi yang akan membantu siswa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penalaran matematis mereka dan pada akhirnya memperbaiki pencapaian mereka dalam matematika.
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh (Kilpatrick, 2001) bahwa kemahiran matematika diharapkan dapat dicapai oleh siswa adalah sebagai berikut.
1.    Conceptual understanding, pemahaman atau penguasaan siswa terhadap konsep-konsep, operasi, dan relasi matematis.
2.    Procedural fluency, mengacu pada pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan tentang kapan dan bagaimana menggunakannya secara tepat, dan keterampilan melakukan prosedur secara fleksibel, akurat, dan efisien.
3.    Strategic competence, mengacu pada kemampuan untuk merumuskan, menyajikan, dan menyelesaikan masalah matematika.
4.    Adaptive reasoning, merujuk pada kapasitas untuk berpikir secara logis tentang hubungan antara konsep dan situasi, kemampuan untuk berpikir reflektif, kemampuan untuk menjelaskan, dan kemampuan untuk memberikan pembenaran.
5.    Productive disposition, kecenderungan untuk mempunyai kebiasaan yang produktif, untuk melihat matematika sebagai hal yang masuk akal, berguna, bermakna, berharga, dan memiliki kepercayaan diri dan ketekunan dalam belajar matematika.
Dari uraian di atas ada lima komponen kemampuan matematika yang diperlukan untuk dikembangkan dalam pembelajaran matematika sekolah, termasuk penalaran adaptif. Penalaran adaptif memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir dari siswa dalam matematika. Karena alasan adaptif, siswa dilatih untuk berpikir logis, mencerminkan dan memprediksi jawabannya, eksplanatif atau memberikan penjelasan tentang konsep dan jawabannya. Prosedur dan membenarkan atau mengevaluasi kebenaran matematika.
Penalaran adaptif mengacu pada aktivitas mental yang mengadaptasi konsep, fakta, prosedur, dan metode matematika ke dalam situasi masalah matematika dan kemudian memberikan penjelasan, pembenaran dan refleksi mengenai hubungan antara konsep dan situasi. Kompetensi strategis mengacu pada aktivitas mental menerapkan strategi untuk merumuskan, mewakili, dan menyelesaikan masalah situasi (Kilpatrick, 2001).
National Research Council (2001) “Adaptive Reasoning is loosely defined as the capacity for logical thinking and the ability to reason and justify why solutions are appropriate within the context of problems that are large in scope”. Penalaran adaptif secara umum didefinisikan sebagai kemampuan untuk berpikir logis dan kemampuan untuk berpikir dan membenarkan mengapa solusi yang tepat dalam konteks masalah dalam lingkup besar.
Penalaran adaptif adalah kapasitas untuk berpikir secara logis, merefleksikan, menjelaskan dan menjustifikasi yang di dalamnya memuat indikator kemampuan mengajukan dugaan atau konjektur, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan, menemukan pola pada suatu gejala matematika dan menarik kesimpulan dari suatu pernyataan. Penalaran adaptif juga dapat diartikan sebagai kapasitas untuk berpikir secara logis tentang hubungan antar konsep dan situasi.
Memiliki kemampuan beradaptasi dan kompetensi strategis yang sangat baik, berarti bahwa siswa telah berhasil dalam belajar dan telah memiliki kemampuan matematika. Realisasi keberhasilan dalam belajar tidak hanya dilihat pada kemampuan siswa untuk sampai pada solusi dari masalah matematika, tetapi juga mampu berpikir logis untuk memberikan penjelasan dan pembenaran hasil pemikiran mereka dan strategi solusi yang digunakan dalam pembelajaran. proses pemecahan masalah matematika (Syukriani, Juniati, Yuli, & Siswono, 2016).



Sumber Bacaan

Adegoke, Benson  Adesina.  (2013).  “Modeling  the  Relationship  between Mathematical Reasoning Ability and Mathematics Attainment”. Journal of Education and Practice, 4(17): 54-61.

Carole Wade & Carol Ravris. (2007). Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta:Erlangga.

John W. Santrock. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Kilpatrick, J. (2001). The strands of mathematical proficiency. In Adding it up: Helping children learn mathematics. https://doi.org/10.17226/9822

National Research Council. (2001). Adding it up: Helping children learn mathematics. J. Kilpatrick, J. Swafford, and B. Findell (Eds.). Mathematics Learning Study Committee, Center for Education, Division of Behavioral and Social Sciences and Education. Washington, DC: National Academy Press.

NCTM. (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Syukriani, A., Juniati, D., Yuli, T., & Siswono, E. (2016). Adaptive Reasoning and Strategic Competence in Solving Mathematical Problem: A Case Study of Male-Field Independent (FI) Student. PROCEEDING OF 3RD INTERNATIONAL CONFERENCE ON RESEARCH, IMPLEMENTATION AND EDUCATION OF MATHEMATICS AND SCIENCE.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar