Jumat, 14 Februari 2020

A POSTERIORI PADA MATEMATIKA SEKOLAH


Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesatnya memberikan dampak pada perubahan tuntutan hidup masyarakat. Sehingga dibutuhkan kemampuan untuk dapat beradaptasi secara cepat dan mengubah pola pikir yang lebih maju. Pola pikir dapat terbentuk dengan mempelajari matematika. Oleh karena itu untuk mempersiapkan generasi yang akan datang supaya memiliki pola pikir yang lebih maju maka di setiap jenjang pendidikan dimasukkan matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib.
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpandu pada IPTEK (Suherman, 2001). Pendapat lain mengemukakan bahwa matematika sekolah dipandang sebagai kumpulan aturan-aturan yang harus dimengerti, perhitungan-perhitungan aritmatika, persamaan aljabar yang misterius, dan bukti-bukti geometris, sebagai konsekuensinya, matematika lebih cocok apabila diajarkan dengan mengacu kepada behaviorisme (Subanji, 2011).
Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan pendidikan matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi dua (Ekawati, 2011):
1.    Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa.
2.    Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika.
Sesuai dengan tujuan diberikannya matematika di sekolah, dapat dilihat bahwa matematika sekolah memegang  peranan sangat penting bagi siswa yaitu supaya mempunyai bekal pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya, supaya dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan untuk matematika itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya. Matematika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ebbutt and Straker mengemukakan hakikat matematika sekolah (Marsigit, 2013) adalah:
1.    Matematika adalah kegiatan penelusuran pola atau hubungan.
2.    Matematika adalah kegiatan problem solving.
3.    Matematika adalah kegiatan investigasi.
4.    Matematika adalah komunikasi.
Keempat hal tersebut dipandang sebagai alternatif agar matematika di sekolah tampak lebih ramah dan menyenangkan bagi diri siswa. Sehingga tidak ada lagi kecemasan siswa dalam mempelajari matematika. selain hakikat matematika sekolah, hal lain yang perlu diketahui adalah fungsi dari matematika itu senidiri.
Fungsi matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajari materi matematika diharapkan siswa akan dapat menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penguasaan materi matematika bukanlah tujuan akhir dari pembelajaran matematika, akan tetapi penguasaan materi matematika hanyalah jalan mencapai penguasaan kompetensi. Fungsi lain mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah.
Dengan mengetahui ketiga fungsi tersebut para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi) (Ekawati, 2011).
Siswa yang berada pada tingkat pendidikan dasar dan menengah akan lebih mudah dalam mempelajari matematika melalui pengalaman yang telah mereka peroleh. Hal ini berarti bahwa pengetahuan yang mereka dapatkan bersumber dari pengalaman atau yang disebut dengan a posteriori. Konsep a posteriori adalah konsep yang tidak dapat dipahami secara terpisah dari pengalaman tertentu. Karena sumbernya adalah pengalaman, maka konsep a oposteriori berlaku pada matematika sekolah. Dimana siswa belajar matematika berdasarkan pengalaman mereka. Dimulai dari hal-hal yang bersifat konkrit dan dapat dilihat atau disentuh secara nyata. Selain itu belajar berdasarkan kenyataan yang terjadi pada kehidupan sehari-siswa atau  lingkungan sekitar siswa. Dengan demikian matematika yang mereka pelajari di sekolah akan mudah diterima dengan baik dan menjadi lebih bermakna.

Sumber Bacaan

Ekawati, Estina. (2011). Peran, Fungsi, Tujuan, dan Karakteristik Matematika Sekolah. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Di akses https://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik-matematika-sekolah/

Marsigit. (2013). Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 9: School Mathematics. https://powermathematics.blogspot.com/2010/09/elegi-pemberontakan-pendidikan_5936.html

Subanji. (2011). Matematika Sekolah dan Pembelajarannya. J-TEQIP, edisi Tahun II, No. 1.

Suherman. E. (2001). Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar