Jumat, 24 April 2020

LITERASI MATEMATIS MENJADI FAKTOR PENTING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Mempelajari matematika membutuhkan pemahaman dalam menerapkan matematika, selain itu memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan nyata. Aplikasi matematika adalah segala jenis hubungan antara matematika dan realitas (Sloyer, Blum dan Huntley, 1995). Aplikasi matematika diawali dengan situasi yang muncul dalam kehidupan nyata atau konteks di luar matematika yang mereka hadapi dalam kehidupan. Aplikasi matematika dalam kehidupan nyata, erat kaitnnya dengan literasi matematis.
Literasi matematis adalah kapasitas individu untuk merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Ini termasuk penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena (Development, n.d.). Pendapat lain mengungkapkan bahwa literasi matematika adalah pengetahuan untuk mengetahui dan menerapkan matematika dasar dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga seseorang dapat memperkirakan, menafsirkan data, memecahkan masalah sehari-hari, alasan dalam situasi numerik, grafik, dan geometris, dan berkomunikasi menggunakan matematika (Ojose, 2011). Kemampuan literasi matematis membantu seseorang untuk memahami peran atau kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari sekaligus menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat dan dalam berpikir. Kegunaan tersebut merupakan kemampuan yang sangat penting bagi seseorang untuk bertahan hidup di era informasi dan pengetahuan saat ini. Oleh karena itu, sebuah aspek penting dari kemampuan literasi matematika adalah keterlibatan dengan matematika, menggunakan, dan mengerjakan matematika dalam berbagai situasi. Metode dan representasi matematika yang digunakan siswa sangat tergantung pada situasi masalah yang disajikan, dan situasi yang digunakan adalah situasi yang terdekat dengan kehidupan mereka.
Literasi matematis merujuk pada kemampuan individu untuk merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika di mana siswa sebagai pemecah masalah aktif akan terlibat (Development, n.d.). Ketiga konsep ini terdiri dari tiga proses matematika: "Merumuskan situasi matematis", "Menggunakan konsep matematika, fakta, prosedur dan penalaran" dan "Menerapkan dan mengevaluasi hasil matematika”.

Siklus proses matematika ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini.



Gambar 1. Model Literasi Matematis (Development, n.d.)
Seperti yang terlihat pada Gambar 1, proses mengungkapkan masalah karena kebutuhan masalah matematika merumuskan situasi sementara untuk memecahkan masalah matematika dan mengambil hasil matematika menunjukkan proses menggunakan matematika. Menggunakan hasil matematika yang diperoleh untuk menyesuaikan kehidupan sehari-hari atau memecahkan hasil ini untuk memecahkan masalah baru memerlukan proses menafsirkan dan mengevaluasi hasil. Tujuan literasi matematis adalah untuk meningkatkan kemungkinan siswa untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga lebih menekankan nilai kegunaan matematika (He, 2019).
Literasi matematis terkait dengan: (1) kemampuan seseorang untuk merumuskan, penggunaan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, (2) menggunakan penalaran matematika, konsep, prosedur, fakta, dan alat-alat untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena, dan (3) memberikan manfaat tentang peran matematika dalam dunia nyata. Di dalam dunia nyata pemecahan masalah pada dasarya meminta kompetensi dan mengenai konten dan konteks (Suharta & Suarjana, 2018). Kurikulum yang berorientasi pada literasi matematis dilengkapi dengan konsepsi matematika yang mencakup proses matematika, seperti karakteristik untuk pemecahan masalah matematika, argumentasi matematika, penalaran matematika konstruktif dan kritis, dan masalah komunikasi matematika (Bartolini, 2014).
Literasi matematis sangat erat hubungannya dengan kehidupan nyata, orang harus mempunyai literasi matematika dalam berbagai macam pengaturan. Selain mengetahui dan menggunakan metode yang efisien untuk pemecahan masalah, orang yang berliterasi matematika perlu menilai apakah hasil yang diperoleh masuk akal dan menyadari penggunaan pengetahuan matematika yang tepat dan tidak tepat untuk menganalisis situasi dan menarik kesimpulan. Individu yang secara efektif dapat menggunakan matematika yang mereka pelajari dalam situasi yang mereka hadapi dalam kehidupan berada tingkat literasi matematika tertinggi, juga individu yang memiliki keterampilan pemodelan (Mumcu, 2016). Literasi matematis tidak dapat dijelaskan dalam hal keterampilan dasar hanya karena terdiri dari masalah matematika dalam konteks yang membutuhkan atribut seperti pemahaman konseptual pengetahuan matematika formal dan kemampuan memecahkan masalah (Genc & Erbas, 2019).
Mengingat demikian pentingnya literasi matematika dalam kehidupan dan perkembangan zaman yang terus berubah, hendaknya pembelajaran matematika di sekolah dapat membekali siswa dengan keterampilan tersebut. Banyak materi yang ada dalam pelajaran matematika yang bisa di bawa ke dalam konteks dunia nyata. Sehingga pembelajaran yang diterapkan perlu mengintegrasikan konteks yang lebih luas. Memberikan konten yang relevan dan bermakna dan memungkinkan siswa kesempatan untuk merefleksikan pembelajaran mereka memungkinkan siswa untuk membangun koneksi di berbagai tingkatan dan untuk mengintegrasikan pembelajaran mereka dalam konteks yang lebih besar (Rathburn, 2015). Oleh karena itu guru memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika khususnya pada pengembangan kemampuan literasi matematis siswa. Tetapi pada kenyataannya guru kesulitan dalam mengajar literasi matematis dengan cara yang konsisten sesuai dengan kurikulum. Sementara guru menginginkan para siswa mengenali peran yang dimainkan matematika di dunia, dan menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah (He, 2019).
Masing-masing guru memiliki kebijaksanaan sendiri tentang apa yang mereka ajarkan, dalam hal pemodelan dan konten matematika, dengan sedikit pandangan untuk memungkinkan peserta didik menguasainya (Botha & van Putten, 2018). Pemahaman konsep guru dalam literasi matematika bisa dikategorikan ke dalam tujuh kelompok: (i) Memiliki pengetahuan matematika dan keterampilan, (ii) Matematika Fungsional, (iii) Pemecahan masalah, (iv) Berfikir matematika, penalaran dan argumentasi (v) kemampuan bawaan matematika, (vi) pemahaman konseptual, dan (vii) Motivasi belajar matematika (Genc & Erbas, 2019). Adapun pengembangan literasi matematis dapat dilakukan dengan menciptakan sintaks dalam pemecahan masalah matematika (Leibowitz, 2016).
Berdasarkan uraian tersebut, maka literasi matematis adalah kemampuan individu untuk merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai suatu konteks dunia nyata. Hal ini menunjukkan bahwa dalam belajar matematika, siswa harus mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari pada pemecahan masalah.

DAFTAR ARTIKEL RUJUKAN

Bartolini, M. G. (2014). Encyclopedia of Mathematics Education. In Encyclopedia of Mathematics Education. https://doi.org/10.1007/978-94-007-4978-8

Botha, H., & van Putten, S. (2018). How Mathematical Literacy Teachers Facilitate Mathematisation in Modelling Situations. African Journal of Research in Mathematics, Science and Technology Education, 22(1), 93–102. https://doi.org/10.1080/18117295.2018.1437337

Development, F. O. R. (n.d.). PISA PISA for Development Assessment and Analytical Framework.

Genc, M., & Erbas, A. K. (2019). Secondary mathematics teachers’ conceptions of mathematical literacy. International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology, 7(3), 222–237.

He, O. (2019). Teachi ing for m athematic cal literacy y : School leaders ’ and a teach hers ’ ration nales. 7(3), 93–108.

Mumcu, H. Y. (2016). Using Mathematics , Mathematical Applications , Mathematical Modelling , and Mathematical Literacy : A Theoretical Study. Journal of Education and Practice, 7(36), 80–96.

Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy : Are We Able To Put The Mathematics We Learn Into Everyday Use ? 4(1), 89–100.

Rathburn, M. K. (2015). Building Connections Through Contextualized Learning in an Undergraduate Course on Scientific and Mathematical Literacy. Georgia Educational Researcher, 9(1). https://doi.org/10.20429/ijsotl.2015.090111

Suharta, I. G. P., & Suarjana, I. M. (2018). A case study on mathematical literacy of prospective elementary school teachers. International Journal of Instruction, 11(2), 413–424. https://doi.org/10.12973/iji.2018.11228a







Tidak ada komentar:

Posting Komentar