Mempelajari matematika
membutuhkan pemahaman dalam menerapkan matematika, selain itu memerlukan
pengetahuan dan keterampilan dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan nyata.
Aplikasi matematika adalah segala jenis hubungan antara matematika dan realitas
(Sloyer, Blum dan Huntley, 1995). Aplikasi matematika diawali dengan situasi
yang muncul dalam kehidupan nyata atau konteks di luar matematika yang mereka
hadapi dalam kehidupan. Aplikasi matematika dalam kehidupan nyata, erat
kaitnnya dengan literasi matematis.
Literasi matematis adalah kapasitas individu untuk merumuskan,
menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Ini termasuk
penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat matematika
untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena (Development,
n.d.). Pendapat lain mengungkapkan bahwa literasi
matematika adalah pengetahuan untuk mengetahui dan menerapkan matematika dasar
dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga seseorang dapat memperkirakan,
menafsirkan data, memecahkan masalah sehari-hari, alasan dalam situasi numerik,
grafik, dan geometris, dan berkomunikasi menggunakan matematika (Ojose, 2011). Kemampuan literasi matematis membantu
seseorang untuk memahami peran atau kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari
sekaligus menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat dan dalam
berpikir. Kegunaan tersebut merupakan kemampuan yang sangat penting bagi
seseorang untuk bertahan hidup di era informasi dan pengetahuan saat ini. Oleh
karena itu, sebuah aspek penting dari kemampuan literasi matematika adalah
keterlibatan dengan matematika, menggunakan, dan mengerjakan matematika dalam
berbagai situasi. Metode dan representasi matematika yang digunakan siswa
sangat tergantung pada situasi masalah yang disajikan, dan situasi yang
digunakan adalah situasi yang terdekat dengan kehidupan mereka.
Literasi matematis merujuk pada kemampuan individu untuk merumuskan,
menggunakan, dan menafsirkan matematika di mana siswa sebagai pemecah masalah
aktif akan terlibat (Development,
n.d.). Ketiga konsep ini terdiri dari tiga proses
matematika: "Merumuskan situasi matematis", "Menggunakan konsep
matematika, fakta, prosedur dan penalaran" dan "Menerapkan dan
mengevaluasi hasil matematika”.
Siklus proses matematika ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Model
Literasi Matematis (Development,
n.d.)
Seperti yang terlihat
pada Gambar 1, proses mengungkapkan masalah karena kebutuhan masalah matematika
merumuskan situasi sementara untuk memecahkan masalah matematika dan mengambil
hasil matematika menunjukkan proses menggunakan matematika. Menggunakan hasil
matematika yang diperoleh untuk menyesuaikan kehidupan sehari-hari atau
memecahkan hasil ini untuk memecahkan masalah baru memerlukan proses
menafsirkan dan mengevaluasi hasil. Tujuan literasi matematis adalah untuk meningkatkan
kemungkinan siswa untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga
lebih menekankan nilai kegunaan matematika (He,
2019).
Literasi matematis
terkait dengan: (1) kemampuan seseorang untuk merumuskan, penggunaan, dan
menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, (2) menggunakan penalaran
matematika, konsep, prosedur, fakta, dan alat-alat untuk menggambarkan,
menjelaskan, dan memprediksi fenomena, dan (3) memberikan manfaat tentang peran
matematika dalam dunia nyata. Di dalam dunia nyata pemecahan masalah pada
dasarya meminta kompetensi dan mengenai konten dan konteks (Suharta & Suarjana, 2018). Kurikulum yang
berorientasi pada literasi matematis dilengkapi dengan konsepsi matematika yang
mencakup proses matematika, seperti karakteristik untuk pemecahan masalah
matematika, argumentasi matematika, penalaran matematika konstruktif dan
kritis, dan masalah komunikasi matematika (Bartolini, 2014).
Literasi matematis sangat erat hubungannya dengan kehidupan nyata, orang
harus mempunyai literasi matematika dalam berbagai macam pengaturan. Selain
mengetahui dan menggunakan metode yang efisien untuk pemecahan masalah, orang
yang berliterasi matematika perlu menilai apakah hasil yang diperoleh masuk
akal dan menyadari penggunaan pengetahuan matematika yang tepat dan tidak tepat
untuk menganalisis situasi dan menarik kesimpulan. Individu
yang secara efektif dapat menggunakan matematika yang mereka pelajari dalam
situasi yang mereka hadapi dalam kehidupan berada tingkat literasi matematika
tertinggi, juga individu yang memiliki keterampilan pemodelan (Mumcu, 2016). Literasi matematis tidak dapat
dijelaskan dalam hal keterampilan dasar hanya karena terdiri dari masalah
matematika dalam konteks yang membutuhkan atribut seperti pemahaman konseptual
pengetahuan matematika formal dan kemampuan memecahkan masalah (Genc &
Erbas, 2019).
Mengingat demikian pentingnya literasi matematika dalam kehidupan dan
perkembangan zaman yang terus berubah, hendaknya pembelajaran matematika di
sekolah dapat membekali siswa dengan keterampilan tersebut. Banyak materi yang
ada dalam pelajaran matematika yang bisa di bawa ke dalam konteks dunia nyata.
Sehingga pembelajaran yang diterapkan perlu mengintegrasikan konteks yang lebih
luas. Memberikan konten yang relevan dan bermakna dan memungkinkan siswa
kesempatan untuk merefleksikan pembelajaran mereka memungkinkan siswa untuk
membangun koneksi di berbagai tingkatan dan untuk mengintegrasikan pembelajaran
mereka dalam konteks yang lebih besar (Rathburn,
2015). Oleh karena itu guru memegang peranan yang
sangat penting dalam pembelajaran matematika khususnya pada pengembangan
kemampuan literasi matematis siswa. Tetapi pada kenyataannya guru kesulitan
dalam mengajar literasi matematis dengan cara yang konsisten sesuai dengan kurikulum.
Sementara guru menginginkan para siswa mengenali peran yang
dimainkan matematika di dunia, dan menggunakan matematika sebagai alat untuk
memecahkan masalah (He, 2019).
Masing-masing guru
memiliki kebijaksanaan sendiri tentang apa yang mereka ajarkan, dalam hal pemodelan
dan konten matematika, dengan sedikit pandangan untuk memungkinkan peserta
didik menguasainya (Botha & van Putten, 2018). Pemahaman
konsep guru dalam literasi matematika bisa dikategorikan ke dalam tujuh
kelompok: (i) Memiliki pengetahuan matematika dan keterampilan, (ii) Matematika
Fungsional, (iii) Pemecahan masalah, (iv) Berfikir matematika, penalaran dan
argumentasi (v) kemampuan bawaan matematika, (vi) pemahaman konseptual, dan
(vii) Motivasi belajar matematika (Genc & Erbas, 2019). Adapun
pengembangan literasi matematis dapat dilakukan dengan menciptakan sintaks
dalam pemecahan masalah matematika (Leibowitz, 2016).
Berdasarkan uraian
tersebut, maka literasi matematis
adalah kemampuan individu untuk merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan
matematika dalam berbagai suatu konteks dunia nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam belajar matematika, siswa harus mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari pada pemecahan masalah.
DAFTAR ARTIKEL RUJUKAN
Bartolini, M. G. (2014). Encyclopedia of Mathematics
Education. In Encyclopedia of Mathematics Education.
https://doi.org/10.1007/978-94-007-4978-8
Botha, H., & van Putten, S. (2018). How Mathematical
Literacy Teachers Facilitate Mathematisation in Modelling Situations. African
Journal of Research in Mathematics, Science and Technology Education, 22(1),
93–102. https://doi.org/10.1080/18117295.2018.1437337
Development, F. O. R. (n.d.). PISA PISA for Development
Assessment and Analytical Framework.
Genc, M., & Erbas, A. K. (2019). Secondary mathematics
teachers’ conceptions of mathematical literacy. International Journal of
Education in Mathematics, Science and Technology, 7(3), 222–237.
He, O. (2019). Teachi ing for m athematic cal literacy y :
School leaders ’ and a teach hers ’ ration nales. 7(3), 93–108.
Mumcu, H. Y. (2016). Using Mathematics , Mathematical
Applications , Mathematical Modelling , and Mathematical Literacy : A
Theoretical Study. Journal of Education and Practice, 7(36),
80–96.
Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy : Are We Able To
Put The Mathematics We Learn Into Everyday Use ? 4(1), 89–100.
Rathburn, M. K. (2015). Building Connections Through
Contextualized Learning in an Undergraduate Course on Scientific and
Mathematical Literacy. Georgia Educational Researcher, 9(1).
https://doi.org/10.20429/ijsotl.2015.090111
Suharta, I. G. P., & Suarjana, I. M. (2018). A case study
on mathematical literacy of prospective elementary school teachers. International
Journal of Instruction, 11(2), 413–424.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.11228a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar